Monday, December 12, 2016

Pancasila sebagai Pedoman Mahasiswa Berkarakter


Sikap mahasiswa saat ini yang cenderung menomor dua kan pendidikan Pancasila. Mereka lebih suka belajar bahkan lebih mementingkan pendidikan eksak jika dibandingkan harus belajar tentang pendidikan Pancasila. Perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat masih kerap diperlihatkan oleh mahasiswa. Kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian  menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika.  Penjiplakan karya ilmiah di kalangan mahasiswa juga masih bersifat biasa.
 Semuanya ini menunjukkan kerapuhan karakter di kalangan  mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang kurang mempelajari nilai-nilai pancasila, tidak mendalami dan menghayati setiap makna yang terkandung dalam nilai-nilai pancasila tersebut. Disisi lain mahasiswa sudah terlindas arus globalisasi, dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi budaya dari negara lain yang dapat mengakibatkan lemahnya bahkan menghilangnya nilai-nilai pancasila yang selama ini mereka pelajari.Pengetahuan yang hanya sekedar tau tanpa mengim plementasikan dan budaya barat yang dengan mudah mereka terima.
Di era modern ditandai dengan berbagai macam perubahan dalam masyarakat. Perubahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek), mental manusia, teknik dan penggunaannya dalam masyarakat, komunikasi dan transportasi, urbanisasi, perubahan-perubahan pertambahan harapan dan tuntutan manusia. Perubahan ini sampai mengarah kepada perubahan mentalitas (moral). Khususnya, di kalangan generasi muda (dalam hal ini mahasiswa) telah terlihat adanya pergeseran nilai dan kecendrungan-kecendrungan pada aspek tertentu.
Sangat disayangkan, era modern hanya ditandai dengan gaya hidup yang serba hedonistis (keduniawian) dan budaya glamour (just for having fun). Perilaku moral generasi muda telah melampaui batas-batas norma. Potret buram generasi muda hari ini: mabuk-mabukkan, berlagak preman (premanisme), penganut seks bebas (free sex), tawuran antar pelajar, terlibat narkoba, dan lain sebagainya.
Kondisi inilah yang disebut demoralisasi, yaitu proses kehancuran moral generasi muda. Telah terjadi pergeseran nilai hidup dari sebagian mahasiswa dari menuntut ilmu dan berkarya ke menikmati hidup dan menikmati karya. Dengan kata lain kurangnya internalisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi di kalangan mahasiswa.
Di era globalisasi seperti saat ini, mahasiswa tidak mampu menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, dapat kita lihat bahwa pada jaman sekarang mahasiswa dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain, demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk informasi dan budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas generasi muda kita. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat sekarang ini.
Untuk membentengi generasi muda agar tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan pembangunan karakter yang kuat. Membangun karakter tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter sangat penting, apalagi bagi generasi muda yang merupakan komponen bangsa Indonesia yang paling rentan dalam menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena bagaimanapun juga generasi muda kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia. Apabila generasi muda kita tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut falsafah Pancasila maka dapat dikatakan karakter bangsa kita memudar dan hilang. Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah membawa perubahan karakter menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.  Sehubungan dengan hal tersebut, Karakter bangsa masih dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui pembelajaran yang kontinyu. Proses pembelajaran membawa mahasiswa kepada sosok generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak mahasiswa..
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Setiap warga negara wajib mempelajari , mendalami ,menghayati dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan. Seperti kita ketahui bersama , bahwa saat ini Indonesia berada dalam era globalisasi. Maka agar tidak terombang-ambing  di tengah masyarakat Internasional, bangsa Indonesia harus memiliki visi dan ideologi yang berdasarkan atas pancasila.  Sebab mahasiswa memiliki peran yang penting  dalam masyarakat, contohnya sebagai control sosial dan calon pemimpin bangsa. Untuk itu sebagai  rakyat Indonesia  mahasiswa harus mampu mengimplementasikan  nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan perkuliahan.
Prof. Dr. Quraish Shihab berkata : “Tanamkanlah tindakan, anda akan menemui kebiasaan. Tanamkanlah kebiasaan , anda akan mendapatkan karakter. Tanamkanlah karakter  anda akan mengukir nasib”
Kutipan diatas  merupakan urutan dalam proses  berperilaku manusia, bila sejak awal  tindakan yang ditanamkan baik  maka kedepannya hasil yang diperoleh juga baik, begitu pula dengan sebaliknya. Namun pada kenyataan di dunia perkuliahan saat ini banyak sekali tindakan plagiarisme yang sering dilakukan oleh mahasiswa, salah satu contoh kasus plagiarisme yang terjadi di tanah air yaitu pada dua mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang ketahuan plagiat pada skripsinya  pada November 2012 lalu. Tindakan copy-paste  tanpa mencantumkan sumber memang menjadi  kebiasaan mahasiswa pada umumnya terutama di Indonesia. Penyelasaian penulisan secara instan, pragmatis dan diikuti dengan  kebiasaan malas kerap terjadi di kalangan civitas akademika untuk memperoleh hasil tulisan yang baik tanpa perlu bekerja keras. Fenomena ini  kemudian menyebabkan  terjadinya degradasi  moral di kalangan mahasiswa  dan tumbuh suburnya kegiatan plagiarisme.

Solusi dari semua masalah ini yaitu pendidikan di Indonesia harus kembali  pada nilai filosofis yang terkandung dalam pancasila, sebagai pencegah terjadinya krisis karakter pada rakyat Indonesia terutama para mahasiswa. Alasan digunakan Pancasila yaitu berdasarkan ketetapan MPR No. II/MPR/1979, dimana Pancasila dikatakan sebagai jiwa seluruh rakyat, pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia. Pendidikan pancasila yaitu suatu usaha sadar, yang terencana dan terarah, melalui pendidikan formal, untuk mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada mahasiswa. Melalui akal dan menumbuhkan rasionalitas sesuai kemampuannya, mahasiswa diharapkan mampu mencerna nilai-nilai pancasila tersebut sehingga dapat dicapai perkembangan penalaran moral seoptimal mungkin yang dijiwai pancasila. Pendidikan pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting, khususnya dalam pembentukan kepribadian mahasiswa, yaitu kepribadian yang dijiwai oleh nilai-nilai pancasila. Melalui pendidikan pancasila, mahasiswa diharapkan mampu memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta mampu menemukan relevansi nilai-nilai pancasila bagi kehidupannya, sehingga mampu mentransformasikan nilai tersebut dalam kehidupan nyata

Sumber :
https://www.academia.edu/16525498/pancasila_sebagai_pedoman_mahasiswa_berkarakter
http://www.antaranews.com/foto/103800/apel-kebangsaan-mahasiswa-indonesia

No comments:

Post a Comment